Selasa, 21 April 2009

Mengubah Paradigma dan Pola Pikir Nelayan

Dunia perikanan tangkap erat hubungannya dengan musim penangkapan. Dalam satu tahun penuh, hanya sepuluh bulan yang kurang lebih efektif untuk melaut bagi nelayan itu pun tidak selalu mendapatkan hasil tangkapan yang optimal. Sisanya, dua bulan merupakan musim paceklik yang merupakan kendala bagi nelayan yang sudah menjadi hal yang lumrah setiap tahunnya. Dari hal tersebut, seharusnya nelayan harus belajar dari pengalaman kejadian yang dapat dikatakan merupakan hal yang periodik terjadi setiap tahunnya.
Sebenarnya nelayan merupakan orang yang memiliki semangat juang yang keras dalam mempertahankan hidup, penuh tanggung jawab dan berani menghadapi tantangan. Setiap hari mereka pergi melaut menggunakan perahu kecil mereka dan tak tahu apa yang akan dihadapinya di laut lepas nanti. Mereka mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kian hari kian tak terjangkau oleh mereka. Sungguh tragis nasib mereka bila kita melihat atau berkunjung ke pemukiman nelayan yang berada di sekitar pantai, dan biasanya tak jauh dari letak dermaga dimana mereka menambatkan kapalnya. Kotor, kumuh dan miskin serta tertinggal sepertinya sudah menjadi citra bagi masyarakat nelayan Indonesia. Bila kita bercermin kepada negara yang sudah maju seperti Jepang dan Amerika, profesi nelayan merupakan suatu profesi yang digeluti secara profesional layaknya profesi-profesi lain yang tak kalah gengsinya dan sudah dapat memberikan penghidupan yang layak bagi mereka dan masa depan anak-anak mereka.
Jikalau demikian siapakah yang patut disalahkan? Nelayankah? Pemerintahkah? Ataukah para elit politisi? Adakah jawaban untuk pertanyaan itu? Tak ada yang patut disalahkan, tapi seharusnya yang kita pikirkan bukan menyalahkan siapa dan apa yang bersalah melainkan kita harus bertanya bagaimana mengubah kondisi itu semua? Bila kita telaah lebih jauh dari sudut pandang perilaku nelayan yang notabene katanya sering menghambur-hamburkan uang ketika musim panen dan terjerat hutang kepada pengijon ketika musim paceklik, ada yang perlu dirubah dalam pola pikir nelayan dalam mengatur posisi keuangan mereka. Pengubahan paradigma dan pola pikir mereka itulah yang memerlukan usaha lebih keras karena saya yakin tak semudah membalikkan telapak tangan atau merobek secarik kertas lalu membakarnya.
Pengubahan pola pikir ini mungkin memerlukan waktu yang cukup lama dan partisipasi dari berbagai aspek lapisan sosial masyarakat, namun inilah suatu cara yang efektif dalam mengubah kondisi nelayan saat ini. Nelayan harus mampu mengelola keuangannya dan memiliki pandangan yang jauh untuk masa depan mereka dan anak-anak mereka nantinya. Bila dalam benak mereka sudah dipikirkan bagaimana saya harus menghadapi musim paceklik nanti, berapa uang yang harus saya sisihkan untuk menghadapi musim paceklik, kemudian berapa uang yang harus saya simpan untuk kebutuhan pendidikan anak-anak saya??? Itu merupakan segelintir saja asumsi bagaimana mengelola keuangan mereka. Pengenalan lembaga keuangan kepada nelayan sangatlah penting, namun kebanyakan nelayan sangat takut untuk berhubungan dengan lembaga keuangan. Kenyataannya mereka lebih senang meminjam uang kepada bakul atau pengijon. Mereka merasa lebih aman dan bersifat kekeluargaan bila mereka meminjam kepada bakul atau pengijon, mereka tidak perlu takut rumah mereka digusur atau kapal mereka disita. Lain halnya bila mereka meminjam kepada lembaga keuangan seperti bank, mereka merasa takut jika tidak mampu membayar hutangnya rumah mereka akan tergusur atau kapal mereka akan disita.
Pemikiran itulah yang membuat mereka selalu tak bisa mandiri, mereka lebih senang jika menerima bantuan sosial dari pemerintah ketika musim paceklik ketimbang menabung ketika musim panen. Hal itu juga yang membuat nelayan tidak mandiri dan menjadi manja. Bantuan pemerintah seharusnya bisa diberikan dalam bentuk lain yang lebih membina mental mereka dalam mengelola keuangannya. Tidak ada ruginya kehilangan uang lebih besar untuk mengubah pola pikir mereka karena nelayan akan belajar bagaimana mengelola keuangan mereka dibandingkan memberikan bantuan tunai atau dalam bentuk sembako ketika musim paceklik.
Sebagai orang perikanan sudah seyogyanya kita berusaha untuk membantu kaum nelayan yang lemah dalam keuangannya bukan lemah dalam mental ataupun sikapnya. Sudah sepatutnyalah nelayan kita menikmati hasil lautnya dengan tenang dan menikmati pembangunan ini untuk masa depan yang lebih cerah.

Senin, 20 April 2009

welcome to my aquarium

alhamdulillah..
puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmatnya blog saya yang ketiga ini yang rencananya mau diiisi oleh tulisan2 saya mengenai perikanan dan laut kita yang tercinta.
semoga blog ini dapat menjadi curahan inspirasi saya dalam menuangkan gagasan2 cemerlang saya dalam dunia kelautan dan perikanan.
aminnnnnn...